Cara Pembuatan Eco-Enzyme

Σn = x . n
Ket: Σn = Jumlah botol plastik yang dihasilkan per hari
n = Botol plastik yang dihasilkan per hari tiap 1 orang mahasiswa ( n = 1 )
Jadi, jumlah botol plastik bekas yang dihasilkan per hari di lingkungan asrama TPB IPB kurang lebih 3100 buah. Oleh karena, dengan pembuatan eco-enzyme
diharapkan dapat mengurangi jumlah botol plasik yang terbuang menjadi
sampah, tetapi dimanfaatkan sebagai wadah enzim. Pemanfaatan ini
mereduksi limbah plastik agar kuantitasnya berkurang sehingga dapat
meminimalisasi pencemaran lingkungan.
Untuk membuat eco-enzyme, pertama yang harus dilakukan mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti yang telah diuraikan di atas diantaranya :
- Sisa sayuran seperti sawi (Brassica campestris), bayam (Amaranthus tricolor L.) (Nugroho, 2004), kol (Pisonia alba) dan jenis sayuran yang lainnya.

- Sisa buah seperti kulit jeruk (Citrus sp.)

- Gula jawa

- Air bersih
- Botol plastik minuman yang tidak terpakai

Adapun cara pembuatannya :
- Tuangkan air bersih ke dalam botol plastik. Rasio air terhadap bahan-bahan yang lain adalah 10. Sedangkan rasio kulit jeruk dan sisa sayuran adalah 3, dan rasio untuk gula jawa adalah 1. Sehingga perbandingannya menjadi Air : Kulit jeruk dan sisa sayuran : gula jawa = 10 : 3 : 1
Perlu
diperhatikan bahawa akumulasi semua bahan yang akan dimasukkan ke dalam
botol agar tidak memenuhi volume botol seutuhnya. Dibutuhkan ruang
untuk gas hasil fermentasi.

- Masukkan kulit jeruk dan sayuran ke dalam botol. Kulit jeruk dan sayuran yang dimasukkan hendaknya dipotong kecil dan diremas sehingga berukuran kecil. Ini bertujuan agar proses fermentasi dapat berjalan dengan baik. (Djundjung, 1992). Semakin kecil ukuran kulit jeruk, maka bakteri dekomposer yang terkandung di dalamnya menjadi lebih teraktivasi untuk melakukan fermentasi karena luas bidang lebih kecil.



- Masukkan gula jawa dan kemudian diaduk atau dikocok agar semua bahan tercampur. Gula jawa berfungsi sebagai sumber gula bagi bakteri untuk melakukan fermentasi.(Deinum, 1984)

- Tutup botol agar udara luar tidak masuk. Hal ini dapat menggangu proses fermentasi.
- Enzim yang telah dibuat disimpan di tempat yang tidak terjangkau oleh cahaya matahari, sehingga sistem benar-benar tertutup.

- Fermentasi sempurna memakan waktu hingga 3 bulan. Pada dua minggu pertema setelah pembuatan, tutup botol hendaklah dibuka maksimal 2 kali sehari selama beberapa detik saja. Ini bertujuan agar gas hasil fermentasi dapat dibebaskan, karena jika tidak demikian maka sistem (enzim di dalam botol) akan mengalami expand atau tekanan keras yang dapat menghasilkan ledakan kecil maupun besar (tergantung lama akumulasi gas hasil fermentasi pada keadaan jenuh).
Kegunaan Eco-Enzyme
Selama proses fermentasi, berlangsung reaksi :
CO2 + N2O + O2 → O3 + NO3 + CO3
Setelah proses fermentasi sempurna, barulah eco-enzyme (likuid
berwarna jingga) terbentuk. Hasil akhir ini juga menghasilkan residu
tersuspensi di bagian bawah yang merupakan sisa sayur dan buah. Residu
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Sedangkan likuid eco-enzyme itu sendiri, khususnya di lingkungan asrama TPB IPB dapat dimanfaatkan sebagai:
- Pembersih lantai, sangat efektif untuk mebersihkan lantai kamar dan lorong asrama.
- Disinfektan, dapat digunakan sebagai antibakteri di bak mandi asrama
- Insektisida, karena banyak dijumpai serangga di sekitar kamar di asrama (dengan mencampurkan ezim dengan air dan digunakan dalam bentuk spray).
- Cairan pembersih di selokan, terutama selokan kecil sebagai saluran pembuangan air kotor.
Manfaat Secara Umum
Selain
pemanfaatan enzim untuk keperluan sehari-hari di asrama, pembuatan
enzim ini juga memebrikan dampak yang luas bagi lingkungan secara global
maupun ditinjau dari segi ekonomi.
Ditinjau manfaat bagi lingkungan, selama proses fermentasi enzim berlangsung, dihasilkan gas O3 yang
merupakan gas yang dikenal dengan sebutan ozon. Ozon ini kemudian
bekerja di bawah lapisan Stratosfer untuk mengurangi gas rumah kaca dan
logam berat yang terkurung di atmosfer. Selain itu juga dihasilkan NO3 (Nitrat) dan CO3 (Karbon trioksida) yang dibutukan oleh tanah sebagi nutrien (Anonim, 2010 ).
Dari segi ekonomi, pembuatan enzim dapat mengurangi pengeluaran
mahasiswa untuk membeli cairan pembersih lantai ataupun pembasmi
serangga.
0 komentar:
Posting Komentar